Ada pepatah mengatakan, “Guru itu semalam lebih tahu dari pada murid-muridnya.” Seorang guru yang baru biasanya “wayangan” untuk mempelajari materi yang akan diajarkan keesokan harinya. Sukses tidaknya pelajaran di kelas, ditentukan oleh persiapan yang dilakukan oleh sang guru. “No plan is no brain” tanpa rencana sama berarti tak ada otak, demikian kata pakar manajemen.
Rancangan mata pelajaran atau disebut juga satuan pelajaran atau “lesson plan” sudah seharusnya menjadi persiapan mengajar di setiap hari bagi guru-guru baru atau mahasiswa-mahasiswa yang akan melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Karena persiapan adalah sangat krusial, persiapan pengajaran memegang peran lebih dari enam puluh persen dari suksesnya pelajaran. No preparation, no teaching. Apa yang akan diajarkan jika rancangan dan persiapan tidak ada sama sekali?
Pengajaran Efektif,
Pengajaran efektif mutlak didasari perencanaan yang cermat. Setiap satuan pelajaran atau seluruh mata pelajaran harus diartikulaiskan tujuan pelajaran atau lesson outcome dengan mencakup hal sebagai berikut:
• Outcome (hasil) yang diinginkan.
• Apa yang akan dipelajari oleh anak didik? (konsep, ketrampilan, fakta ataukah nilai-nilai?)
• Teknik yang akan digunakan atau strategi yang akan diangkat dalam menyajikan materi
• Bagaimana menentukan pengujian atau assessment atas apa yang diajarkan kepada anak didik dan evaluasi bagi sang guru apakah rancangan itu sesuai dengan apa yang diharapkan. Meskipun demikian, dokumen rancangan pelajaran harus fleksibel. Para mahasiswa PPL dan guru-guru baru harus mampu menguasai bagaimana menambah dan menerapkan perubahan-perubahan selama menyajikan pelajaran. Karena tidak segalanya akan berjalan sesuai rencana.
Lesson Outcome (Tujuan di setiap episode pengajaran)
Tujuan pengajaran yang tercakup dalam lesson plan (satuan rancangan pelajaran)
meliputi:
• Identifikasi pentingnya …(sesuatu)
• Diskusi tentang …
• Pengertian tentang …
Spesifikasi tujuan-tujuan diatas harus diukur dengan tujuan dari kurikulum yang ada
dengan cara merumuskan satu atau dua outcome yang memfokuskan dalam satuan pelajaran dengan mempertimbangkan isi materi pelajaran, pengaruh dan proses kognisinya. Prior knowledge atau disebut juga pengetahuan dasar anak didik.perlu dipertimbangkan dalam menyusun rancangan pelajaran demi kesuksesan penyajian materi pelajaran yang bersangkutan. Hal-hal yang diperhitungkan dalam pengetahuan dasar anak didik meliputi pengetahuan, ketrampilan atau keahlian, pengalaman dan penanaman nilai yang telah
menyerap pada mereka sebelum melangkah pada phase pengajaran berikutnya.
Persiapan materi yang mendukung harus diperhitungkan sebelum pengajaran dimulai seperti Overhead Projector, laboratorium, dan semua instansi-instansi yang terlibat. Ini juga termasuk uji coba sumber pembelajaran dan test waktu apakah tugas yang akan diberikan akan mampu diselesaikan dalam kurun waktu yang tersedia.
Pembagian Alokasi Waktu
Dalam mempertimbangkan alokasi waktu pelajaran, seorang guru harus berpegangan pada realistic plan. Pertimbangkan short attention span atau daya tahan anak didik untuk mampu menyerap pelajaran yang diberikan. Seberapa menariknya proses pembelajaran, tapi diberikan lebih dari satu jam lamanya kepada anak-anak di Sekolah Dasar, maka akan berakibat disaster, atau paling tidak, menjadi membosankan. Begitu juga dengan anak-anak didik di SLTP and SLTA, jika pengajaran terlalu singkat, maka mereka cenderung gaduh, tidak mempedulikan guru karena sedikitnya tugas yang harus mereka lakukan.
Pembagian alokasi waktu dapat dikategorikan menjadi introduksi atau stimulasi,
pengembangan, konsolidasi dan kulminasi atau, puncak atau penutup. Phase stimulasi berisi perncananan tentang strategi memotivasi untuk menangkap perhatian anak-anak didik. Dalam hal ini bisa termasuk penggunaan alat-alat atau instrument untuk merangsang keingintahuan mereka. Selain itu, dua hal utama dalam phase ini disinggung yaitu penjelasan tentang apa yang akan disinggung dan dilpelajari dalam episode pelajaran tersebut dan kesinambungan tujuan pelajaran yang telah lalu.
Phase pengembangan adalah mengenalkan aktivitas pelajaran dengan jelas dan masuk akal. (clear and logical manner). Sang guru mesti mempertimbangkan sequence atau urutan-urutan aktifitas dalam pengembangan tugas-tugas pembelajaran. Pemahaman anak-anak didik harus dimonitor secara cermat dengan melibatkan investigasi atau meneliti sesuatu, mendengarkan penjelasan sang guru dan mencatat informasi tersebut ke dalam dokumentasi mereka.
Dalam phase pengembagan ini perlu dipertimbangkan:
• Pengorganisasian kelas (pembagian tugas, siapa yang akan bertanggung jawab atas
pengambilan buku dan pengembalikannya ke perpustakaan, pengambilan OHP ke kantor dan mengembalikan ke kantor, kapur atau spidol kalau habis, dan lain sebagainya.
• Pertanyaan-pertanyaan kunci atau diskusi poin yang harus ditekankan agar anak didik memahami tentang materi pelajaran.
• Keterangan-keterangan yang jelas tentang aktivitas yang harus dipenuhi.
• Yang paling penting adalah focus atas ‘apa’ yang anak didik lakukan, bukan apa-apa
yang guru lakukan di dalam kelas.
Phase konsolidasi biasanya berisikan pemberian kesempatan kepada anak-anak didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang harus dikuasai melalui pengajaran yang baru saja dijelaskan. Mereka dituntut mampu mendemonstrasikan problem solving (penyelesaian masalah), penyajian atau presentasi dan mengajukan pendapatnya. Guru harus mampu memotivasi anak didiknya untuk menggali potensi dan pemahaman anak didik tentang materi pelajaran, tidak hanya menunggu anak didik bertanya tetapi merangsang and memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan materi.
Phase kulminasi atau disebut juga penutup adalah summary atau men yimpulkan dari
aktivitas pelajaran yang baru berlangsung. Guru mengulang dan menggarisbawahi apa apa yang terpenting dari materi yang dilewati atau menanyakan bagaimana perasaan anak-anak didik setelah melengkapi tugas-tugas yang diberikan selama pelajaran (sense of completion). Dalam tahapan ini banyak para guru senior memberikan pekerjaan rumah atau digunakan untuk bersih-bersih kelas, pengembalikan peralakan ke perpustakaan, laboratorium, kantor dan lain sebagainya.
Assessment dan Evaluasi
Perencanaan dalam pengajaran harus mencakus aspek assessment dan evaluasi. Dua hal ini seringkali terlupakan dalam merencanakan rancangan satuan pelajaran. Assessment adalah satu bagian integral dari proses belajar mengajar, yang dapat memberikan akses secara langsung kepada guru apakah pola pikir anak didik telah mampu menyerap dan mengikuti keterangan-keterangan yang baru saja disampaikan. Bagi para mahasiswa PPL seharusnya proses assessment ini berlangsung selama pengajaran berlangsung dengan cara observasi pada aktivitas siswa, mengoreksi hasil-hasil kerja anak didik, menangkap jawaban-jawaban yang disampaikan mereka atas pertan yaan-pertanyaan yang diberikan melalui diskusi di kelas.
Sedangkan evaluasi digunakan sebagai alat pengukur pada kesuksesan pengajaran yang berlangsung. Para mahasiswa PPL dan guru-guru baru sebaiknya mengukur kelemahan dan keunggulan dari strategi yang diterapkan. Kemudian mencatat adakah area of concern (aspek-aspek yang perlu dikhawatirkan) serta keinginan yang ingin dikembangkan pada pelajaran berikutnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang harus dipertimbangkan dalam mengevaluasi proses
pengajaran antara lain:
• Bagaimana mengantisipasi pelajaran untuk meraih outcome pelajaran?
• Apakah ada perubahan-perubahan yang terobservasi dari pengetahuan, ketrampilan dan
tingkah laku anak didik dalam pengajaran? Seperti apa perubahan itu?
• Bagaimana materi pelajaran mengakomodasi perbedaan-perbedaan kemampuan
diantara siswa?
• Aspek apakah dalam materi pelajaran yang dapat ditingkatkan?
Sedangkan pertanyaan-pertanyaan untuk evaluasi bagi sang pengajar meliputi:
• Apakah persiapan pelajaran (lesson plan) sudah efektif?
• Apakah rencana pelajaran sudah cukup detail? Mengapa?
• Apakah strategi dapat ditingkatkan untuk pelajaran berikutnya?
• Apakah class management (pengelolaan / pengaturan kelas) sudah efektif dan efisien?
Mengapa?
Untuk mengevaluasi struktur pelajaran pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut harus
diajukan:
• Apakah prior learning (pengetahuan siswa materi sebelum materi pelajaran) telah
diantisipasi?
• Apakah tahap introduksi atau stimulasi cukup memotivasi siswa? Bagaimana tanggapan mereka pada saat itu?
• Apakah pelajaran mengalir secara teratur? (siswa-siswa tidak bosan, gaduh ataupun tidak mematuhi aturan?)
• Apakah siswa diberikan kesempatan untuk mendemonstrasikan apa-apa yang
dipelajarinya?
• Apakah materi pendukung dan peralatan-peralatan Bantu cukup efektif dalam
pelajaran?
• Apakah assessment yang lebih efektif perlu diterapkan untuk materi pelajaran?
• Apakah ada hal-hal yang terjadi tanpa diantisipasi dalam rancangan pelajaran?
• Apakah phase kulminasi atau penutup cukup efektif untuk meringkas materi pelajaran
yang bisa saja diajarkan?
Kesimpulan
Jika persiapan yang dirancang oleh calon guru dan para guru mencakup hal-hal yang
tercantum diatas, seperti hanya lesson outcome (tujuan pengajaran), indikasi, pembagian alokasi waktu, aktivitas yang detail dan kulminasi, niscaya pelajaran akan berjalan lebih lancar dan terarah. Meski kita tidak pernah bisa meramalkan apa saja yang terjadi di hadapan kita, paling tidak kita harus mempersiapkan dari sebagai pendidik dan pengajar.
Dari hal-hal yang kecil inilah mata pelajaran tergantung pada tangan-tangan kita. Sang guru memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak bangsa, tunas harapan masa depan di pundaknya.
Newcastle, 22 Juni 2009
*) Yusdi Maksum (yusdi.maksum@yahoo.com.au) The author currently studies Postgraduate Diploma in Education at The University of Newcastle Australia, graduated from University of Yogyakarta State.
Rancangan mata pelajaran atau disebut juga satuan pelajaran atau “lesson plan” sudah seharusnya menjadi persiapan mengajar di setiap hari bagi guru-guru baru atau mahasiswa-mahasiswa yang akan melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Karena persiapan adalah sangat krusial, persiapan pengajaran memegang peran lebih dari enam puluh persen dari suksesnya pelajaran. No preparation, no teaching. Apa yang akan diajarkan jika rancangan dan persiapan tidak ada sama sekali?
Pengajaran Efektif,
Pengajaran efektif mutlak didasari perencanaan yang cermat. Setiap satuan pelajaran atau seluruh mata pelajaran harus diartikulaiskan tujuan pelajaran atau lesson outcome dengan mencakup hal sebagai berikut:
• Outcome (hasil) yang diinginkan.
• Apa yang akan dipelajari oleh anak didik? (konsep, ketrampilan, fakta ataukah nilai-nilai?)
• Teknik yang akan digunakan atau strategi yang akan diangkat dalam menyajikan materi
• Bagaimana menentukan pengujian atau assessment atas apa yang diajarkan kepada anak didik dan evaluasi bagi sang guru apakah rancangan itu sesuai dengan apa yang diharapkan. Meskipun demikian, dokumen rancangan pelajaran harus fleksibel. Para mahasiswa PPL dan guru-guru baru harus mampu menguasai bagaimana menambah dan menerapkan perubahan-perubahan selama menyajikan pelajaran. Karena tidak segalanya akan berjalan sesuai rencana.
Lesson Outcome (Tujuan di setiap episode pengajaran)
Tujuan pengajaran yang tercakup dalam lesson plan (satuan rancangan pelajaran)
meliputi:
• Identifikasi pentingnya …(sesuatu)
• Diskusi tentang …
• Pengertian tentang …
Spesifikasi tujuan-tujuan diatas harus diukur dengan tujuan dari kurikulum yang ada
dengan cara merumuskan satu atau dua outcome yang memfokuskan dalam satuan pelajaran dengan mempertimbangkan isi materi pelajaran, pengaruh dan proses kognisinya. Prior knowledge atau disebut juga pengetahuan dasar anak didik.perlu dipertimbangkan dalam menyusun rancangan pelajaran demi kesuksesan penyajian materi pelajaran yang bersangkutan. Hal-hal yang diperhitungkan dalam pengetahuan dasar anak didik meliputi pengetahuan, ketrampilan atau keahlian, pengalaman dan penanaman nilai yang telah
menyerap pada mereka sebelum melangkah pada phase pengajaran berikutnya.
Persiapan materi yang mendukung harus diperhitungkan sebelum pengajaran dimulai seperti Overhead Projector, laboratorium, dan semua instansi-instansi yang terlibat. Ini juga termasuk uji coba sumber pembelajaran dan test waktu apakah tugas yang akan diberikan akan mampu diselesaikan dalam kurun waktu yang tersedia.
Pembagian Alokasi Waktu
Dalam mempertimbangkan alokasi waktu pelajaran, seorang guru harus berpegangan pada realistic plan. Pertimbangkan short attention span atau daya tahan anak didik untuk mampu menyerap pelajaran yang diberikan. Seberapa menariknya proses pembelajaran, tapi diberikan lebih dari satu jam lamanya kepada anak-anak di Sekolah Dasar, maka akan berakibat disaster, atau paling tidak, menjadi membosankan. Begitu juga dengan anak-anak didik di SLTP and SLTA, jika pengajaran terlalu singkat, maka mereka cenderung gaduh, tidak mempedulikan guru karena sedikitnya tugas yang harus mereka lakukan.
Pembagian alokasi waktu dapat dikategorikan menjadi introduksi atau stimulasi,
pengembangan, konsolidasi dan kulminasi atau, puncak atau penutup. Phase stimulasi berisi perncananan tentang strategi memotivasi untuk menangkap perhatian anak-anak didik. Dalam hal ini bisa termasuk penggunaan alat-alat atau instrument untuk merangsang keingintahuan mereka. Selain itu, dua hal utama dalam phase ini disinggung yaitu penjelasan tentang apa yang akan disinggung dan dilpelajari dalam episode pelajaran tersebut dan kesinambungan tujuan pelajaran yang telah lalu.
Phase pengembangan adalah mengenalkan aktivitas pelajaran dengan jelas dan masuk akal. (clear and logical manner). Sang guru mesti mempertimbangkan sequence atau urutan-urutan aktifitas dalam pengembangan tugas-tugas pembelajaran. Pemahaman anak-anak didik harus dimonitor secara cermat dengan melibatkan investigasi atau meneliti sesuatu, mendengarkan penjelasan sang guru dan mencatat informasi tersebut ke dalam dokumentasi mereka.
Dalam phase pengembagan ini perlu dipertimbangkan:
• Pengorganisasian kelas (pembagian tugas, siapa yang akan bertanggung jawab atas
pengambilan buku dan pengembalikannya ke perpustakaan, pengambilan OHP ke kantor dan mengembalikan ke kantor, kapur atau spidol kalau habis, dan lain sebagainya.
• Pertanyaan-pertanyaan kunci atau diskusi poin yang harus ditekankan agar anak didik memahami tentang materi pelajaran.
• Keterangan-keterangan yang jelas tentang aktivitas yang harus dipenuhi.
• Yang paling penting adalah focus atas ‘apa’ yang anak didik lakukan, bukan apa-apa
yang guru lakukan di dalam kelas.
Phase konsolidasi biasanya berisikan pemberian kesempatan kepada anak-anak didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang harus dikuasai melalui pengajaran yang baru saja dijelaskan. Mereka dituntut mampu mendemonstrasikan problem solving (penyelesaian masalah), penyajian atau presentasi dan mengajukan pendapatnya. Guru harus mampu memotivasi anak didiknya untuk menggali potensi dan pemahaman anak didik tentang materi pelajaran, tidak hanya menunggu anak didik bertanya tetapi merangsang and memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan materi.
Phase kulminasi atau disebut juga penutup adalah summary atau men yimpulkan dari
aktivitas pelajaran yang baru berlangsung. Guru mengulang dan menggarisbawahi apa apa yang terpenting dari materi yang dilewati atau menanyakan bagaimana perasaan anak-anak didik setelah melengkapi tugas-tugas yang diberikan selama pelajaran (sense of completion). Dalam tahapan ini banyak para guru senior memberikan pekerjaan rumah atau digunakan untuk bersih-bersih kelas, pengembalikan peralakan ke perpustakaan, laboratorium, kantor dan lain sebagainya.
Assessment dan Evaluasi
Perencanaan dalam pengajaran harus mencakus aspek assessment dan evaluasi. Dua hal ini seringkali terlupakan dalam merencanakan rancangan satuan pelajaran. Assessment adalah satu bagian integral dari proses belajar mengajar, yang dapat memberikan akses secara langsung kepada guru apakah pola pikir anak didik telah mampu menyerap dan mengikuti keterangan-keterangan yang baru saja disampaikan. Bagi para mahasiswa PPL seharusnya proses assessment ini berlangsung selama pengajaran berlangsung dengan cara observasi pada aktivitas siswa, mengoreksi hasil-hasil kerja anak didik, menangkap jawaban-jawaban yang disampaikan mereka atas pertan yaan-pertanyaan yang diberikan melalui diskusi di kelas.
Sedangkan evaluasi digunakan sebagai alat pengukur pada kesuksesan pengajaran yang berlangsung. Para mahasiswa PPL dan guru-guru baru sebaiknya mengukur kelemahan dan keunggulan dari strategi yang diterapkan. Kemudian mencatat adakah area of concern (aspek-aspek yang perlu dikhawatirkan) serta keinginan yang ingin dikembangkan pada pelajaran berikutnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang harus dipertimbangkan dalam mengevaluasi proses
pengajaran antara lain:
• Bagaimana mengantisipasi pelajaran untuk meraih outcome pelajaran?
• Apakah ada perubahan-perubahan yang terobservasi dari pengetahuan, ketrampilan dan
tingkah laku anak didik dalam pengajaran? Seperti apa perubahan itu?
• Bagaimana materi pelajaran mengakomodasi perbedaan-perbedaan kemampuan
diantara siswa?
• Aspek apakah dalam materi pelajaran yang dapat ditingkatkan?
Sedangkan pertanyaan-pertanyaan untuk evaluasi bagi sang pengajar meliputi:
• Apakah persiapan pelajaran (lesson plan) sudah efektif?
• Apakah rencana pelajaran sudah cukup detail? Mengapa?
• Apakah strategi dapat ditingkatkan untuk pelajaran berikutnya?
• Apakah class management (pengelolaan / pengaturan kelas) sudah efektif dan efisien?
Mengapa?
Untuk mengevaluasi struktur pelajaran pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut harus
diajukan:
• Apakah prior learning (pengetahuan siswa materi sebelum materi pelajaran) telah
diantisipasi?
• Apakah tahap introduksi atau stimulasi cukup memotivasi siswa? Bagaimana tanggapan mereka pada saat itu?
• Apakah pelajaran mengalir secara teratur? (siswa-siswa tidak bosan, gaduh ataupun tidak mematuhi aturan?)
• Apakah siswa diberikan kesempatan untuk mendemonstrasikan apa-apa yang
dipelajarinya?
• Apakah materi pendukung dan peralatan-peralatan Bantu cukup efektif dalam
pelajaran?
• Apakah assessment yang lebih efektif perlu diterapkan untuk materi pelajaran?
• Apakah ada hal-hal yang terjadi tanpa diantisipasi dalam rancangan pelajaran?
• Apakah phase kulminasi atau penutup cukup efektif untuk meringkas materi pelajaran
yang bisa saja diajarkan?
Kesimpulan
Jika persiapan yang dirancang oleh calon guru dan para guru mencakup hal-hal yang
tercantum diatas, seperti hanya lesson outcome (tujuan pengajaran), indikasi, pembagian alokasi waktu, aktivitas yang detail dan kulminasi, niscaya pelajaran akan berjalan lebih lancar dan terarah. Meski kita tidak pernah bisa meramalkan apa saja yang terjadi di hadapan kita, paling tidak kita harus mempersiapkan dari sebagai pendidik dan pengajar.
Dari hal-hal yang kecil inilah mata pelajaran tergantung pada tangan-tangan kita. Sang guru memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak bangsa, tunas harapan masa depan di pundaknya.
Newcastle, 22 Juni 2009
*) Yusdi Maksum (yusdi.maksum@yahoo.com.au) The author currently studies Postgraduate Diploma in Education at The University of Newcastle Australia, graduated from University of Yogyakarta State.